Ada hadits mengenai 4 hal wanita dinikahi.
"Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Maka dapatkanlah wanita yang taat beragama niscaya kamu beruntung."
(H.R. Abu Hurairah)
(H.R. Abu Hurairah)
Hadits tersebut pasti udah umum mungkin ya dikalangan kita. Dan hadits ini bisa dijadikan patokan dalam memilih istri.
Wanita yang taat beragama yang sebaiknya dipilih. Ya, "taat beragama".
Saya di sini bukan bermaksud memberitahu bagaimana wanita yang taat beragama itu. Justru pengetahuan agama saya masih sangat sedikit. Ketika membuat postingan ini, saya juga berusaha mencari pembahasan mengenai ini. Alasan saya membuatnya juga karena ini yang sedang saya pikirkan.
Dari sebuah artikel yang saya baca, arti taat agama di sini itu, yaitu seorang wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hanya beribadah kepada Allah semata dan tak berbuat syirik kepada-Nya, melaksanakan sholat 5 waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, memakai hijab syar'i, berbakti kepada orangtua, rajin menuntut ilmu agama dan yang melakukan berbagai ketaatan lainnya, seorang wanita yang memiliki rasa malu, penyabar, jujur, lembut dalam bertutur kata dan dari sifat-sifat mulia yang lainnya.
Sebagai seorang perempuan, pasti lah mau memiliki seorang suami yang bisa membimbing ke arah yang benar. Yang bisa menjadi sosok imam untuk keluarga. Saya pun juga menginginkannya.
Saya bukan berasal dari keluarga yang sangat sangat paham agama. Yang jelas kita cukup paham apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang oleh Allah. Kewajiban agama pun kita lakukan dengan sebaik-baiknya.
Saya memang dari TK hingga SMP bersekolah dengan berbasis agama islam. Yang jelas saya cukup mempunyai pengetahuan untuk membentengi diri dari perbuatan yang dilarang agama. Kebiasaan ketika bersekolah di sekolah islam yang memang seharusnya diterapkan di dalam kehidupan pun, masih tetap saya lakukan.
Saya memang sangat sangat kalah dengan perempuan lulusan pondok pesantren. Iya lah ya! Hehehe. Mereka full diberikan pengetahuan agama. Sedangkan saya, hanya bisa dibilang seminggu sekali ada pelajaran agama di sekolah waktu SMA. Itu pun juga terbatas :)
Saya pernah bertanya mengenai hadits tersebut ke ayah saya.
"Yah, kenapa ayah yakin nikah sama ibu? Kalau berpatokan dengan hadits itu kan, ibu dulu belum termasuk yah." Kata saya.
"Iya sih. Tapi ayah sangat bangga sama ibu yang mulai belajar agama islam dari nol. Dari ibu yang gak tau apa-apa sampai ibu yang kayak sekarang. Semuanya itu bertahap. Semuanya perlu proses. Ibu dulu belum ngerti apa sih arti sholat, tapi sekarang Alhamdulillah kan gimana ibu. Itu lah bangganya ayah ke ibu."
"Tapi yah kalau nanti aku gak direstui sama orangtua pacar aku karena masalah pengetahuan agama aku yang kurang, gimana yah?"
"Jadikan itu sebagai pelajaran buat kamu. Itu tandanya kamu harus mulai belajar agama lagi, lebih mendalaminya. Dan mungkin memang dia bukan jodoh kamu." Jawab ayah dengan tersenyum.
Asli, setelah saya tanya itu ke ayah saya, saya langsung gak tahan untuk gak nangis. Well, ini kepanikan terdahsyat saya.
Dan pada akhirnya kepanikan saya semakin jelas dengan penjelasan seseorang kemarin ketika kita sedang mengobrol (di kampus orang).
Apa yang saya pikirkan setelah itu?
Tidak ada. Saya takut. Otak saya ngeblank. Memang hal itu yang sudah saya pikirkan dan takutkan dari lama.
Tidak ada. Saya takut. Otak saya ngeblank. Memang hal itu yang sudah saya pikirkan dan takutkan dari lama.
Saya belum layak.
Itu kata yang tepat!
Kenapa agama yang diutamakan?
Pikiran positif saya menyimpulkan kalau wanita dengan agama yang baik atau bagus, insya Allah akan menghasilkan keturunan yang taat pada Allah, yang agamanya baik juga, bermanfaat untuk semuanya, dan lain-lain.
Pikiran positif saya menyimpulkan kalau wanita dengan agama yang baik atau bagus, insya Allah akan menghasilkan keturunan yang taat pada Allah, yang agamanya baik juga, bermanfaat untuk semuanya, dan lain-lain.
Karena kan ketika masa tumbuh kembang anak, ibu lebih banyak berperan dalam mengajarkan banyak hal. Dan dalam mengajarkannya itu, harus juga dilandasi dengan pengetahuan agama. Nah kalau pengetahuan agama ibunya kurang, secara gak langsung mungkin pengetahuan agama anaknya akan kurang juga.
Tapi bagaimana dengan perempuan-perempuan muallaf? Apa mereka masih belum layak untuk dinikahi oleh seorang pria taat agama? Masih dipandang kurang kah pengetahuan agama mereka sehingga belum dapat dianggap perempuan yang memenuhi kriteria?
Justru dibenak saya selama ini, memang sebelum nikah pengetahuan agama saya sangat kurang. Tapi kan ketika sudah menikah, bisa sama-sama berdiskusi atau saling memberikan ilmu pengetahuan agama.
Pikiran positifnya (memang sangat harus berpikiran positif dalam hal ini), ayo mulai dalami ilmu pengetahuan agama mu sendiri. Jangan hanya ilmu pengetahuan dunia saja yang didalami. Ini gak akan merugikan kok. Ridho dan pahala dari Allah, insya Allah dapat diraih. Bismillah.
No comments:
Post a Comment